26 April 2016

Banyak Jalan Menuju Pulau Seribu . . .

Tau kan Jakarta itu punya pantai, tau kan di utara Jakarta itu banyak pulau? Ada yang gak tau? Ah berarti mainnya kau kurang jauhlah. Masak iya dimedia rame soal reklamasi masih saja belum tau, kalo ada tempat asyikk untuk bermain air di utara Jakarta. Disini saya tidak akan membahas soal reklamasinya, kita skip aja obrolan berat tersebut, kita bahas pembahasan yang lebih santai. Kita lompati itu area reklamasi yang masih jadi huru-hara di Jakarta, kita menuju ke utara Jakarta yaitu kepulauan seribu.

Pulau seribu, masih termasuk dalam wilayah kota Jakarta, khususnya Jakarta Utara dengan ibukotanya adalah pulau pramuka. Disana terdapat banyak sekali pulau-pulau, baik itu pulau yang berpenghuni dan tak berpenghuni. Tapi saya pribadi belum pernah memastikan apakah pulau disana benar adanya 1000 pulau.

Pulau seribu ini menjadi salah satu destinasi wisata pantai di Jakarta. Dan bila weekend tiba banyak wisatawan yang berkunjung kesana untuk melepaskan diri dari rutinitas di kota Jakarta. Bagaimanakah akses menuju kesana? Ini yang bakalan saya bahas selanjutnya.
Akses menuju kepulauan seribu ini ada  3 akses yaitu pelabuhan baru kali adem, pelabuhan Marina Ancol, dan juga pelabuhan Sunda Kelapa. Pelabuhan kali adem ini merupakan pelabuhan sebelumnya yaitu muara angke. Pelabuhan-pelabuhan diatas merupakan gerbang awal untuk masuk ke pulau seribu. Dari tiga pelabuhan tersebut berbeda-beda tingkat kenyamanannya dan juga tarifnya. Tinggal kalian pilih yang pas dan cocok bagi anda-anda semua J . Nah berikut saya coba jelaskan menurut pengalaman saya.    

Pelabuhan kali adem,
Area peron pelabuhan kali adem, lebih rapi dan nyaman

Pelabuhan ini merupakan pelabuhan baru yang disediakan oleh dishub DKI. Sebelumnya pelabuhan ini digunakan sebagai “pool” dari kapal transportasi pemerintah yang melayani rute pulau seribu dengan km. Kerapu dan lumba-lumbanya. Namun sekarang sudah dibuka untuk umum, jadi kapal-kapal kayu yang dulunya bersandar di muara angke dipindah ke sini, karena di muara angke sudah terlalu padat oleh kapal-kapal nelayan lokal yang juga ikut bersandar disana.

Pelabuhan ini lebih nyaman daripada sebelumnya, dan mulai dibangun sistem yang baik di dalamnya. Kalo di muara angke tidak ada sistem beli tiket, jadi langsung naik saja sampai penuh baru jalan.
Pelabuhan kali adem, bisa saya katakan sedikit lebih nyaman. Kenapa Cuma sedikit? Dari segi aksesnya masih tetap sama dengan sebelumnya, kita harus lewat pasar yang baunya brrrr. . . yang udah kesana pasti tau gimana baunya, belum lagi kalo hujan, air nggenang dimana-mana, dan kalo pas peak season tiba sudah bisa dipastikan macet parahh. Namun tidak dipungkiri ini lebih baik dari sebelumnya. Perlahan sistemnya mulai di perbaiki, mulai dari ticketing, peron, tempat menunggu, dan juga lahan parkir yang sudah bekerja sama dengan pihak swasta. Jangan harap parkirnya sama aja ya, disini berlaku tarif progresif. 1 jam pertama 2000 jam berikutnya 1000 rupiah, kalo diitung-itung parkirnya aja bisa nyampe 50 ribu untuk 2 hari 1 malem. itu motor lho ya, kalo mobil belum pernah coba.

Kapal yang tersedia disini melayani tujuan beberapa pulau di kepulauan seribu, diantaranya pulau Pari, pulau Pramuka, pulau Tidung, dan pulau Harapan serta pulau Payung. Tarifnya berbeda-beda, mulai dari 40 ribu – 55 ribu per orang untuk rute paling jauh yaitu pulau Harapan.  Tiket tersebut sudah termasuk asuransi dari M*C Life.

Pelabuhan Marina Ancol.
foto diambil dari www.kotakitaku.blogspot.com 

untuk menuju pelabuhan ini kalian harus memasuki kawasan wisata Ancol dulu. Karena letaknya didalam kawasan wisata Ancol. Disini tersedia banyak speedboat bagi wisatawan yang ingin berkunjung ke kepulauan seribu. Selain untuk antar jemput penumpang, kalian juga bisa charter speedboat sesuai dengan kebutuhan kalian. Dengan speedboat ini kalian tidak butuh waktu lama untuk menuju pulau seribu. 

Contohnya ke pulau Tidung dengan kapal kayu ditempuh selama 3 jam, tapi dengan speedboat hanya membutuhkan waktu kurang lebih 1 jam. Nah disinilah yang menjadi kelebihannya, selain cepat dan nyaman aksesnya juga tidak terlalu sulit. Tentunya hal tersebut harus dibayar mahal dengan harga tiket yang tersedia. Harga tiket disini berkisar 150 ribuan sampai 300 ribuan/orang sekali jalan ya. Speedboat ini tersedia mulai dari jam 7 pagi, dan akan kembali lagi sore hari jam 4 dari sana. Bagi yang mempunyai budget lebih, layaknya patut dicoba J

Pelabuhan Sunda Kelapa,
Foto diambil dari www.tempo.com

akses dari sini baru dibuka belum lama ini dengan menggunakan KM. Sabuk Nusantara dengan tarif 15 ribu untuk sekali jalan, jauh dekat tetap sama, udah kayak metro mini aja yak. Tapi saya pribadi belum pernah mencoba menggunakan kapal dari sini.  Setiap hari ada, melayani rute pulau untung Jawa, Pramuka, dan Harapan. berangkat jam 7 pagi, dan dari pulau seribu jam 7 malam. kapasitas kapal ini 145 orang jika dihitung dengan logistik, tapi jika tanpa logistik kapal ini mampu menampung 225 orang. Mungkin ini yang menjadi kekurangan akses dari sini. Kapal yang tersedia hanya 1 dan juga kapasitas penumpang yang terbatas. Itulah sebabnya masih belum banyak menulis review tentangnya.


Itu tadi beberapa pilihan yang bisa kalian jadikan acuan untuk bisa berkunjung ke kepulauan seribu. Bahwa sebenarnya Jakarta juga punya destinasi pantai yang menarik lohh, lumayan kan bisa ambil foto yang instagrammable tanpa harus pergi jauh. Oh ya lumayan juga loh buat yang mau prewedding disini. So, mari siapkan perlengkapan kalian, packing, dan let’s travel J

25 April 2016

OPEN TRIP PULAU PAHAWANG LAMPUNG

Get's Selfie with Nemo at Pahawang, Lampung.

Kapan?

tanggal : 13-15 Mei 2016
meeting point : pelabuhan merak, jumat malam.
Budget 440 ribu/orang.
sudah termasuk,
1. kapal penyeberangan Merak-Bakauheni PP
2. Transportasi Bakauheni-Ketapang PP
3. Homestay
4. Kapal Snorkling n Hoping Island
5. Makan 3x
6. Air Mineral selama trip
7. Underwater Fotography

itenerary,
Hari Pertama,
22.00 - 24.00 : meeting point pelabuhan Merak
24.00 - 03.00 : Perjalanan menuju pelabuhan Bakauheni.
03.00 - 05.00 : istirahat dulu di bakauheni sambil menunggu sholat subuh.
05.00 - 07.00 : perjalanan menuju dermaga ketapang.
07.00 - 08.00 : sarapan dan prepare untuk snorkling.
08.00 - 10.00 : snorkling time pulau kelagian.
10.00 - 12.00 : lanjut snorkling di spot kapal karam.
12.00 - 13.00 : makan siang dan istirahat sejenak di tanjung putus.
13.00 - 14.00 : snorkling lagi di sekitar tanjung putus.
14.00 - 15.00 : menuju pulau pahawang.
15.00 - 16.00 : snorkling lagi di taman laut pulau pahawang.
16.00 - 17.00 : photo session di gusung pemisah antara pahawang besar dan pahawang kecil.
17.00 18.00 : balik ke homestay.
18.00 - 20.00 : mandi dan bersih - bersih.
20.00 - 21.00 : makan malam dan BBQ an.

Hari Kedua,
05.00 - 07.00 : bangun pagi, sarapan, coffee n tea time sambil menikmati suasana pulau pahawang.
07.00 - 08.00 : eksplore pulau pahawang.
08.00 - 09.00 : persiapan check out,
09.00 - 10.00 : eksplore pulau kelagian.
10.00 - 11.00 : kembali ke dermaga ketapang.
11.00 - 12.00 : perjalanan menuju Bakauheni, mampir makan siang Bakso Sony (Exclude) dan sholat.
13.00 - 14.00 : mampir beli oleh-oleh khas Lampung, keripik pisang, kopi Lampung dan lain-lain.
14.00 - 15.00 : Menuju pelabuhan Bakauheni.
15.00 - 18.00 : menuju pelabuhan Merak.
18.00 s/d selesai : disini kita bertemu, disini pula kita berpisah. see you next trip guys

perlengkapan yang musti dibawa,
1. daypack/tas apapun yang bisa menampung perlengkapan masing-masing.
2. baju ganti dan peralatan mandi, serta perlengkapan ibadah bagi yang muslim.
3. sunblock dan kaca mata hitam, biar gak panas-panas banget.
4. Kamera buat bernarsis-narsis ria.
5. Snorkle set (Masker, Finn, Snorkle).

noted : yang tidak punya bisa sewa 40 ribu/hari. 

for more Info : JOKO 085713342659(WA/Text/Call).
Prepare your daypack, let's Travel

19 April 2016

Traveller atau Backpacker!!!

foto diambil dari www.backpackerhuman.blogspot.com 
Termasuk yang manakah anda? Traveller, backpacker, atau flashpacker? Tentu istilah ini sudah tidak asing lagi bagi mereka yang hobi jalan-jalan atau bahasa kerennya adalah traveling. 

Hal ini menarik untuk dibahas, kenapa? Terkadang tanpa kita sadari, kita telah melabeli diri kita dengan istilah tersebut. Tidak masalah memang, namun yang jadi masalah adalah perbedaan yang timbul akibat pelabelan diri tersebut dan tidak sedikit memicu konflik akibat perbedaan itu.

Mungkin yang kita tahu, backpacker itu identik dengan pejalan mandiri dengan budget terbatas, bahkan sempat di plesetkan menjadi backpacker kere sebagai identitas mereka yang melakukan perjalanan dengan menekan budget. Lalu traveller yang identik dengan koper sebagai bawaannya, istilah ini dilekatkan kepada mereka yang melakukan perjalanan dengan budget yang besar dan terkesan mewah.

Pertanyaannya sekarang apakah iya antara backpacker dan traveller itu berbeda? Terkadang sering sekali saya mendengar sentilan – sentilan yang terdapat 2 istilah tersebut dalam obrolannya.
ahh dia mah anak traveller bukan backpacker”, ada lagi “ini baru namanya anak-anak backpacker yang mudah bergaul dan gampang bersosialisasi, enak ya jalan sama anak-anak backpacker” dan masih banyak lagi obrolan-obrolan yang menyudutkan salah satu pihak karena cara mereka berbeda.
Sebenarnya apa sih itu backpacker ? apa sih itu traveller? Kenapa stereotype-stereotype diatas lekat sekali di pikiran kita. Mari kita bahas hal ini dari definisinya masing-masing, disini saya menggunakan cambridge dictionaries online sebagai penerjemah. Menurut pengertiannya,

“Traveller is someone who ​travels:This ​hotel is for ​serious travellers, ​rather than ​tourists on two-week ​holidays.
Backpacker is a ​person who ​travels with a ​backpack.”

Jadi bisa dijelaskan disini, traveller adalah seseorang yang melakukan perjalanan sedangkan backpacker adalah seseorang yang melakukan perjalanan dengan menggunakan backpack. Pada intinya traveller dan backpacker itu sama yaitu mereka yang sedang melakukan perjalanan. dan dalam pengertian traveller diatas tidak ada indikasi bahwa traveller itu harus selalu identik dengan koper atau sesuatu yang mewah. Akan tetapi sebaliknya, backpacker dalam pengertian diatas adalah seseorang yang identik dengan backpack (perlu digarisbawahi). Diambil dari kata backpack atau tas punggung, sedangkan orangnya disebut dengan backpacker.

Dari definisi tersebut, jelas ini hanya masalah istilah dan caranya saja kok. Dan semuanya itu pilihan, perihal mereka ingin menggunakan pesawat atau kereta, mereka ingin tidur di hotel atau di tenda, mereka ingin menggunakan mobil atau motor, menggunakan travel agen atau tidak, suka belanja atau tidak dan yang lainnya. Semua itu sah-sah saja dilakukan, tentunya dengan banyak pertimbangan mulai dari budget serta aspek keamanan dan kenyamanan itu sendiri. Tidak dengan menjudge, “ahh dia tidur di hotel, bukan backpacker”, “dia naik pesawat bisnis bukan ekonomi, bukan backpacker”, tidak bisa seperti itu. Ada kalanya kita harus tidur di hotel bukan, untuk memperoleh kenyamanan yang hanya kita sendiri yang tau, lalu kalo memang tiket bisnis lebih murah daripada ekonomi masak iya kita tetep milih ekonomi? Kalo saya sih milih yang pasti-pasti aja. J


So, balik lagi ke pilihan kita masing-masing. Traveller dan backpacker itu sama saja, sama-sama melakukan sebuah perjalanan. Hanya saja caranya yang berbeda. Tinggal kalian sesuaikan saja dengan kebutuhan kalian masing-masing, Traveller atau Backpacker J

Salam Olahraga

17 April 2016

Apatisme di sekitar kita!!! *edisi trip ke pulau seribu

suasana dalam kapal dari harapan -kali adem

Okey, apa yang kalian pikirkan ketika melihat gambar diatas. Sekilas mungkin akan terlihat tidak ada yang istimewa dari gambar tersebut. Gambar ini saya ambil di dalam perahu kayu dari pulau harapan menuju dermaga kali adem. Bagi sebagian yang sudah sering ke pulau seribu, pemandangan seperti ini akan biasa. Tapi kalo kita mau kaji lebih jauh, hmm miris rasanya.

Apatisme yang terjadi di sekitar kita, kurangnya rasa kepedulian dan berbagi. Itulah yang setidaknya saya rasakan dalam perjalanan pulang dari pulau harapan ke kali adem siang itu. Kalo kita amati foto tersebut, ada kursi kosong yang tersedia disana. Namun tetap saja masih ada yang lesehan dibawah. Eitsss, jangan kira ini sebuah settingan yang di dramatisir sedemikian rupa. Ini real terjadi, dan itu saya alami sendiri, dalam foto tersebut teman saya yang duduk lesehan dibawah. Ini merupakan sebagian kecil bentuk apatisme yang terjadi di sekitar kita. Dan saya harap cukup ini saja dan mungkin saya saja yang merasakan.

Kalau kita mau flashback lagi ke belakang, masih ingat dengan kasus “Dinda” yang mencurahkan keluh kesahnya di jejaring sosial path karena tidak memberikan kursinya kepada ibu hamil di KRL. Beritanya pun heboh di sosial media, menjadi trending topic, bahkan diliput oleh media nasional. Hmm, itu merupakan salah satu segelintir contoh sikap apatisme yang sudah menjangkiti masyarakat urban khususnya di Jakarta. Saya tidak mau membahas kasus ini secara mendalam. Hanya saja dari kasus ini saya pribadi bisa menilai rasa peduli dan berbagi serta bertoleransi dikalangan kaum muda mulai terkikis terlepas dari kekurangan dan kelebihan dari apa yang dilakukan “Dinda”. Miris  !!!

Siang itu begitu terik, matahari berada tepat diatas kepala kita semua saat itu. Waktu tempuh sekitar kurang lebih 4 jam untuk menuju pelabuhan kali adem Jakarta dari pulau harapan. 4 jam bukan waktu yang sebentar untuk berada didalam kapal kayu yang terasa sekali goncangannya ketika kapal melintasi ombak. Ada kalanya cuaca bersahabat, namun ada kalanya cuaca tidak bersahabat. Bahkan waktu tempuh bisa sampai 5 jam jika cuaca di jalan sedang tidak bersahabat. Bisa dibayangkan bagaimana rasanya di dalam kapal tersebut J.

Dikarenakan saya saat itu dengan beberapa teman, diantaranya adalah perempuan, maka saya inisiatif untuk mencari tempat duduk kosong di dalam. ketika saya masuk, masih ada beberapa tempat duduk yang kosong didalam, prosentasenya 15 % lah dari total tempat duduk yang ada. tapi apa daya, tempat duduk yang kosong tersebut ternyata sudah di “pesan”. Yap, saya menulisnya demikian. Setiap saya tanya, “mas kosong ya??”, jawabannya pun klasik “ada orangnya mas, lagi ke belakang”. Paling kalo tidak ya ditandai dengan menaruh tas/bawaan mereka dengan dalih kursi tersebut bertuan. Ahh sudahlah terima saja pikir saya dalam hati.

Pertama memang saya pribadi masih berpikir positif akan keadaan tersebut. Terlebih saya menganut budaya “gak enakan”, yahh budaya timur yang kental sekali pada diri saya. Okey saya terima, saya pun cari tempat duduk diluar dengan segala resiko yang ada. ya anggap saja resiko, resiko naik perahu terlambat, resiko ngeyel “udah tau main ke pulau high season pasti rame”, yo wis dinikmati aja.

Hingga akhirnya ada petugas dari dishub yang menertibkan penumpang yang diluar demi keamanan dan kenyamanan bersama. Ketika itu petugas masuk untuk cek sendiri keadaan didalam, petugas bilang “didalem masih ada yang kosong, masuk-masuk”. oke kita masuk lah terutama yang perempuan-perempuan itu. Tapi nihil, lagi-lagi jawaban yang sama kami dapatkan. Kita keluar lagi donk karena gak dapet tempat didalem. Tak berapa lama petugas datang lagi sambil terheran-heran “kenapa masih banyak yang diluar” mungkin kata dia dalam hati. Saya sudah mulai gontok disini “gak ada pak, kalo mau itu yang kosong-kosong ditanyain pak”. lalu kita masuk dengan petugas dishub tadi, barulah setelah petugas tadi menertibkan tempat duduknya alhamdulillah teman-teman saya ini khususnya yang perempuan dapat tempat duduk. Dan saya sendiri ditunjukkan kursi kosong dibelakang, “dibelakang mas itu kosong”, sambil petugas tersebut menunjuk kursi.

Sesampainya disana, tetep aja jawabannya sama “udah ada orangnya mas” kalo gak “orangnya lagi ke toilet”. Daripada bolak-balik ya udah saya dan teman akhirnya lesehan aja dibawah sambil bersyukur masih ada tempat untuk duduk di dalem meskipun lesehan. Tak berselang lama kapal mulai meninggalkan dermaga pulau harapan menuju dermaga kali adem. Namun dalam perjalanan, ada sesuatu yang mengganjal dalam pikiran saya. Ada pertanyaan besar? Sepengamatan saya selama perjalanan kursi-kursi pesanan tadi kenapa masih kosong? Masak iya ke toilet ngantri lama banget, apa jangan-jangan ketinggalan kapal. Tapi ya sudahlah pertanyaan itu berlalu begitu saja dihempas oleh angin laut dan goncangan akibat ombak dilautan *tsaahhh, meloo dikit*, toh kita berdua sudah terlalu nyaman duduk lesehan. Dan tak habis pikir dengan kejadian yang saya alami. Begitu tidak pedulinya mereka, begitu acuhnya mereka, demi kepentingan mereka pribadi dalam hal ini demi mendapatkan tempat duduk yang lebih lega biar pules boci (bobo ciang)nya bersama sang ayang tercinta.

padahal masih ada beberapa bangku kosong,karena faktor "gak enak " tadi.
Tentu dengan menuliskan kejadian ini, saya tidak bermaksud untuk menjadi hakim bagi mereka. Tulisan ini pure untuk sharing pengalama, tidak lebih. Sharing is caring bukan. Perihal tanggapan pembaca bagaimana itu pilihan mereka, biarkan mereka yang menilai. Dari sini saya juga belajar, bahwasannya traveling itu tidak hanya senang-senang, selfie/wefie semata, tempat – tempat yang indah. Lebih dari itu, traveling juga harusnya bisa menjadi sarana introspeksi diri dan mengenali jati diri kita lebih dalam.


so, prepare your daypack, let’s travel . . .