|
Tugu desa Ciboleger dok by Reza Zulfahmi |
Kali ini gw akan bahas tentang suku Baduy
Dalam, tentang keunikannya, lingkungannya, penduduknya, adat-istiadatnya, dan
kemodernitasannya serta kepatuhan penduduknya terhadap hukum adat. Yukk mariii
kita menelisik kearifan suku baduy dalam.
Bagi mereka yang
tinggal di Jabodetabek mungkin udah gak asing lagi ama suku Baduy Dalam yang terletak
di desa Kanekes, kecamatan Leuwi Damar, kabupaten Lebak, Banten. Baduy sendiri
terbagi lagi menjadi 2 yaitu baduy luar dan baduy dalam. Kehidupan suku baduy
luar sama halnya seperti desa-desa pada umumnya, mereka sudah bisa membaur
dengan dunia luar disekitar tempat tinggal mereka. Selain itu mereka juga sudah
menggunakan listrik untuk kehidupan sehari-hari. Namun mereka tetap menjadi
bagian dari suku baduy, hal ini terlihat dari pakaian yang mereka pakai dan
juga struktur bangunan rumahnya. Mayoritas suku baduy, baik itu baduy
luar dan baduy dalan bermata pencaharian sebagai petani.
Suku baduy dalam,
letaknya masih sulit dijangkau oleh kendaraan oleh roda dua maupun roda 4, jadi
untuk menuju kesana kita harus berjalan kaki menelusuri jalan setapak serta
naik turun bukit. Terdapat 3 desa di baduy dalam yaitu desa Cikeusik,
Cikatawarna, dan Cibeo. Biasanya bagi wisatawan yang ingin berkunjung ke desa
baduy dalam, mereka akan menginap di desa cibeo. Hanya desa cibeo yang bisa
digunakan oleh wisatawan untuk bermalam. Ada 2 akses untuk menuju baduy dalam, yaitu via desa Ciboleger dan desa Cijahe. Biasanya kebanyakan orang memilih akses via Ciboleger dan pulang Ciboleger lagi dengan waktu tempuh yang lebih lama, berbeda kalo kita lewat Cijahe tidak menghabiskan banyak waktu. Tentu keduanya memiliki keurangan dan kelebihan masing-masing.
Suku baduy dalam
ini masih memegang teguh adat istiadat leluhur mereka, mereka memang tidak
mempunyai hukum tertulis, namun aturan tersebut berbentuk lisan yang diwariskan oleh leluhur mereka, dan mereka menyadari itu. Contohnya saja aturan tidak boleh menaiki
kendaraan untuk bepergian, baik itu sepeda, becak, andong, motor dan mobil
apalagi. Bahkan untuk ke Jakarta saja mereka jalan kaki dari desa Kanekes
sampai Jakarta. Coba bayangin kalo kalian, gw yakin pasti lebih milih naik
motor, nebeng, atau yang lainnya kan. Kalo dipikir-pikir ketika mereka tidak
berada di baduy dalam kan seorang Pu’un pun pasti gak akan tahu kalo kita
melanggar atau tidak. Tapi nyatanya mereka tidak terpengaruh sama sekali,
mereka tetap teguh pada adat mereka. Sekalinya mereka melakukan kesalahan walaupun itu terjadi di luar lingkungan baduy dalam dan dalam keadaan yang darurat mereka akan tetap mengakui kesalahan mereka sendiri dan akan menerima sangsi dari Pu'un.
|
Dengan penduduk suku Baduy dok by Siti Hartinah Putri |
Pu’un adalah kepala
suku baduy dalam dan baduy luar. Jabatan pu’un ini biasanya diwariskan turun-temurun. Selain pu’un
ada juga yang namanya Jaro. Suku baduy mempunyai beberapa Jaro, ada Jaro Tangtu
yang bertanggung jawab atas pelaksanaan hukum suku baduy. Jaro Dangka yang
bertugas menjaga keutuhan tanah leluhur didalam dan diluar desa kanekes. Lalu adalagi
yang namanya Jaro Pamarentah yang bertugas menjaga hubungan antara masyarakat
Baduy dan Pemerintah provinsi Banten. Kalo kita analogikan Pu’un itu sebagai
presiden sedangkan Jaro adalah para menteri yang bertugas membantu kerja
Presiden. Tuh kan, meskipun bukan suatu negara atau wilayah yang berkedaulatan.
Tapi sistem yang mereka bangun sejak dulu seperti sistem pemerintahan pada
umumnya. Entah mereka belajar darimana, mungkin kali ya sistem pemerintahan
yang dianut oleh negara-negara maju nyontek dari sistem yang dianut suku baduy
atau malah kebalik, tapi ya sudahlah hahaha.
Dan jangan salah,
wilayah untuk suku baduy sudah ada perdanya sendiri. Jadi mereka diberi lahan
oleh pemerintah, dan lahan tersebut tidak bisa diganggu gugat lagi oleh pihak lainnya. Mereka
diberi kepercayaan untuk mengelola tanah leluhurnya. Maka dari itu bisa
dibilang mereka aman oleh ancaman dari luar lingkungan mereka dan sebagai
timbal baliknya setiap setahun sekali mereka membawakan sebagian hasil bumi
mereka kepada pemerintah daerah sebagai bentuk terima kasih. Acara tersebut biasa disebut dengan Seba. Hasil bumi
tersebut dibawa sendiri oleh suku baduy dengan berjalan kaki berbondong-bondong
ke kantor pemerintahan.
Ketika kalian berkunjung
ke baduy dalam, otomatis kalian harus menghormati adat istiadat setempat. Ibaratnya
kalo kita bertamu ke rumah orang ya harus sopan harus tau aturan. Pantangan yang
paling tidak boleh dilanggar bagi kita sebagai wisatawan adalah tidak boleh
mengambil gambar diarea baduy dalam serta tidak boleh menggunakan sabun, pasta
gigi, maupun shampoo. Terus kalo mau mandi gimana? Ya udah kalo biasanya kita
mandinya ‘Take a Bath’ kalo disini
kita mandinya ‘Take a Byurr’ langsung
nyebur ke kali. Dan kalian gak perlu khawatir airnya kotor, bau, item, banyak sampah
dan kekhawatiran lainya seperti yang kalian temukan di Jakarta dan sekitarnya.
Suku baduy dalam ini sangat menjaga kelestarian lingkungannya. Karena dari
situlah mereka bisa bertahan hidup, mereka benar-benar memanfaatkan apa yang
sudah diberikan oleh alam dan seisinya. Termasuk tujuan dari kita tidak boleh
menggunakan sabun untuk mandi adalah untuk menjaga sungai mereka agar tidak
tercemar. Jangan lupa untuk membawa ikan asin sebagi oleh-oleh untuk mereka, mereka sangat suka sekali dengan namanya ikan asin. Itung-itung sebagai tanda terima kasih karena udah diizinkan bersilaturahmi.
Mereka sangat patuh
dengan amanat buyut mereka ‘lojor teu
beunang dipotong, pendek henteu menang beunang disambung’ artinya yang
panjang tidak boleh dipotong, yang pendek gak boleh disambung. Jadi mereka
benar-benar menggunakan apa yang telah disediakan disekitar mereka. Begitupun ketika ingin membangun sebuah rumah, mereka harus mengikuti kontur tanah yang ada, jadi ketika ada tanah yang tidak rata mereka tidak boleh meratakan tanah tersebut. Mereka akan selalu menyesuaikan dengan kontur alam yang ada disekitar mereka. Selain itu tata letak rumah didesa baduy juga terkoordinasi dengan baik, rata-rata rumah mereka saling berhadapan yaitu menghadap utara dan selatan. Bentuk rumahnya pun bisa dikatakan mirip satu sama lain. Ini yang gw maksud dengan terkoordinasi dengan baik, bahkan untuk membangun pemukiman mereka pun sudah ada aturannya, mulai dari mengambil kayu, memilih lahan, bahkan sampai bentuk rumahnya.
|
Rumah suku Baduy dok by Reza Zulfahmi |
Dibaduy dalam jangan harap ada penerangan seperti lampu dan lainnya. Penerangan kita
ketika dibaduy dalam hanyalah sebuah lilin. Hmm, meskipun begitu jika kalian
berkunjung kesana kalian akan mendapatkan sambutan hangat dari msayarakat
sekitar. Selain itu mereka juga menjunjung tinggi toleransi beragama. Mereka akan memaklumi
ketika kita minta izin untuk sholat, malah mereka memberitahu kita arah kiblatnya. Kalian tidak
perlu canggung ataupun khawatir.
Hal inilah yang
menjadi daya tarik masyarakat baduy, ditengah gempuran teknologi dan kebudayaan
yang menghegemoni masyarakat kita saat ini. Masyarakat baduy dengan kearifan
lokalnya mencoba untuk mempertahankan warisan leluhur mereka dengan berpegang
teguh pada aturan adat suku baduy. Mereka sangat terbuka dengan dunia luar,
namun mereka tetap menjalankan aturan adat yang mereka pegang. Selain itu
sistem yang sudah mereka bangun sejak nenek moyang mereka membuktikan peradaban
modern suku baduy, namun tidak tergerus oleh arus modernisasi sekarang ini.