30 September 2016

OPEN TRIP PULAU PARI

Eksotisme Pulau Pari

Pulau pari merupakan gugusan kepulauan diwilayah kepulaun seribu. Pulau ini merupakan pulau berpenghuni layaknya pulau lain di kepulauan seribu seperti pulau Tidung, pulau Pramuka, pulau Kelapa, pulau Harapan dll. Jaraknya yang dapat ditempuh dalam waktu 2 – 3 jam melalui dermaga muara angke membuat waktu untuk menghabiskan kegiatan disana lebih lama untuk menikmati keeksotisan pantai pasir perawan, sunset pantai LIPI, sunrise dibukit matahari ataupun menghabiskan waktu dengan bermain volly pantai serta eksplore pulau Pari dengan bersepeda. Tak hanya eksplore didarat, keindahan bawah lautnya pun adalah kegiatan wajib yang dilakukan ketika berkunjung ke pulau Pari seperti spot Bintang Rama, APL, dan juga pulau tikus. Selain itu suasana malam hari dipantai pasir perawan dan bukit matahari merupakan pilihan bagi anda untuk menghabiskan waktu dimalam hari di pulau Pari.

Itinerary

Sabtu
06.00 – 07.00 : meeting point SPBU muara angke
07.00 – 09.00 : Jalan ke pulau Pari
09.00 – 10.00 : check in homestay
10.00 – 13.00 : (taro barang, ganti baju + makan siang sebelum snorkling)
13.00 – 16.00 : Snorkling Ria
16.00 – 18.00 : Balik k homestay, hunting sunset dipantai LIPI
18.00 – 20.00 : ISHOMA (Istirahat sholat makan)
20.00 – 22.00 : BBQ night di Pantai Pasir Perawan
Minggu
05.00 – 06.00 : Hunting sunrise
06.00 – 07.00 : Sarapan pagi
07.00 – 10.00 : menelisik keindahan pantai pasir perawan.
10.00 – 11.00 : bersih-bersih, check out homestay
12.00 – 15.00 : perjalanan pulang ke dermaga Kali Adem Jakarta.

*itin diatas bersifat tentatif, akan menyesuaikan situasi dan kondisi selama disana

Harga 350 ribu / orang. 

*(min peserta 10 orang)
 
Termasuk,

  1. ·         Transport PP muara Angke-Pari.
  2. ·         Boat untuk snorkling
  3. ·         Snorkling set (finn, google, masker, dan pelampung)
  4. ·         Homestay AC
  5. ·         Makan 3x
  6. ·         BBQ
  7. ·         Sepeda untuk keliling pulau pari

    For More Info :

    085713342659 (CALL/TEXT/WA)


26 September 2016

Open Trip Baduy Dalam (8-9 Okt dan 29-30 Oktober2016)


MENELISIK KEARIFAN LOKAL SUKU BADUY DALAM

Suku baduy merupakan sebuah suku yang masih menjaga kearifan lokal budayanya. Suku Baduy sendiri terletak didesa Kenekes, Lebak, Banten. Suku yang masih menjaga budayanya secara turun-temurun ini juga bisa berkomunikasi dengan orang luar. Salah satu kearifan suku Baduy ini adalah mereka tidak menggunakan listrik untuk kehidupan mereka sehari-hari. Selain itu mereka juga mempunyai pantangan untuk tidak membawa kendaraan untuk berpergian dan tidak diperkenankan menggunakan alas kaki walaupun sebenarnya mereka bisa dan mampu. Tapi hal itu hanya berlaku bagi suku Baduy dalam.

Ada 2 fase di bulan Oktober ini, silahkan pilih sendiri ya sesuaikan dengan waktumu,
Fase 1 : Tanggal 8-9 Oktober 2016
Fase 2 : Tanggal 29-30 Oktober 2016

Nah yukk, kita coba menggali lebih dalam lagi kearifan lokal suku Baduy dalam.
ITINSabtu,
06.00 – 07.00 : meeting point di stasiun Tanah Abang
07.00 – 10.00 : perjalanan menuju Rangkas.
10.00 – 11.00 : Makan siang di Rangkas (di Cijahe udah gak nemu warung makan)>
11.00 – 12.30 : Perjalanan menuju Cijahe.
13.00 – 14.00 : menuju Cikatawarna
14.30 – 16.00 : menuju Cibeo
16.00 – 18.00 : ISHOMA (Istirahat, Sholat, dan Mandi)
18.00 – 21.00 : Makan malam dan Makrab
Minggu,
06.00 – 07.00 : Bangun pagi, nge teh, ngopi dan Sarapan.
07.00 – 07.30 : Persiapan menuju jembatan akar.
10.30 – 11.30 : Explore jembatan akar (foto shoot, nyebur ke kali juga boleh he he he)
11.30 – 13.00 : Menuju Cingkuam
13.00 - 14.30 : Menuju st. Rangkas
14.30 – 16.00 : Makan siang dan bersih-bersih
16.00 – 18.00 : Perjalanan menuju st. Duri
18.00s/d selesai (Say Good Bye n See you next Trip)

START : Stasiun Tanah Abang jam 7 pagi.
HARGA : 245 ribu/orang
Meliputi,
1. Transport PP (Tn. Abang-Rangkas)
2. Local Transport
3. Penginapan Baduy Dalam
4. Local Guide
5. Retribusi Baduy Dalam
6. P3K
7. Merchandise (Slayer)

Perlengkapan yang musti di bawa,
1. Sandal / sepatu trekking
2. Daypack
3. Camilan dan air minum yang cukup
4. Jas Hujan
5. Head lamp
6. Perlengkapan ibadah
7. Ikan asin (sebagai oleh-oleh untuk orang Baduy)
8. Logistik Pribadi (teh, Kopi,susu, sesuai selera  dll)

NOTE

Di larang memotret Baduy Dalam
• Tidak boleh mandi dengan bahan kimia seperti Shampoo, Sabun, dan Pasta Gigi.


Yang mau join silahkan PM 085713342659(WA/Text).
 

26 May 2016

Dilematisme pulau Sempu, antara Cagar Alam atau Pariwisata



beberapa pengunjung sedang bermain sepak bola dipinggir laguna pada sore hari
Sempu, yang saya ingat #savesempu. Dan kemungkinan kalo kita berbicara tentang sempu ditengah sesepuh traveller, hmm jangan harap dapat informasi tentang destinasi ini. Kita pasti akan di rekomendasikan untuk “JANGAN” ke sempu. Gak percaya?? Coba deh kalian nyeletuk dikit tentang pulau sempu di grup traveller sosial media seperti facebook, liat sendiri tanggapannya ya. Jangan lupa komeng disini kalo udah dicoba he he he. 

Pernyataan mereka bukannya tanpa alasan merekomendasikan (bukan melarang ya) kita untuk tidak berkunjung ke pulau sempu. Pertama, pulau sempu merupakan kawasan cagar alam, sudah pasti kawasan ini termasuk kawasan yang dlindungi. Kegiatan yang dilakukan dipulau sempu hanya untuk penelitian saja, itu pun harus mendapat persetujuan dari BK*DA. Lalu yang kedua adalah mayoritas dari mereka yang peduli akan pulau sempu mengkhawatirkan pencemaran yang terjadi akibat kegiatan pariwisata di pulau tersebut, pencemaran tersebut berupa sampah – sampah yang ditinggalkan oleh wisatawan. Tidak bisa dipungkiri, kebiasaan buruk tersebut masih menjadi momok bagi mereka yang peduli akan lingkungan sekitar dalam hal ini cagar alam pulau sempu. Kebiasaan kita pada umumnya yang masih belum peduli akan sampah kita sendiri. 

Lalu sebenarnya apa sih daya tarik dari pulau ini, sehingga banyak wisatawan yang ingin berkunjung?(baca : ngebet). Pulau sempu merupakan sebuah pulau di kabupaten Malang, yang terletak di desa Sendang Biru, Malang. Terdapat sebuah laguna cantik yang menjadi daya tarik wisatawan untuk berkunjung kemari. Laguna yang berada di pulau tak berpenghuni, dengan view samudra hindianya dan juga karang bolong yang menjadi sirkulasi air dari Samudra Hindia ke laguna ini. Coba bayangin, udah kebayang belom kek gimana? Indah, cantik, atau belum bisa membayangkan J.

Ditengah berbagai pro dan kontra akan pulau sempu, saya pun penasaran dan mencoba berkunjung kesana pada 2014 lalu(pliss jangan dibully ya suhu . . .). hati saya tergerak akibat dari banyknya orang yang mengatakan “JANGAN”. Yap secara psikologis kata JANGAN malah akan membuat kita penasaran dan cenderung melakukan sesuatu yang diawali dengan kata “jangan”. Contohnya “jangan ke sempu??” yang kita terima adalah “ayoo ke sempu”. Karena pada dasarnya alam bawah sadar kita tidak bisa menerima sugesti negatif melainkan dengan sugesti positif. Itulah yang akhirnya membuat saya tergerak hatinya untuk berkunjung ke sempu (ngeles aja hahaha).   

Singkat cerita waktu itu saya beserta teman-teman tiba di Pantai Sendang Biru pada siang hari setelah menempuh 3 jam perlananan dari stasiun Malang. Untuk bisa menyeberang kesana, kita diharuskan melapor ke BK*DA setempat. Seperti biasa, basa-basi bla, bla, bla, bla. Dan kami akhirnya diizinkan masuk dengan local guide setempat (syarat wajib) dan juga “saweran” nya. Izin selesai, kami bergegas ke kapal yang akan mengantar ke pulau seberang yang jaraknya tidak terlalu jauh itu. Berenang juga nyampe (kalo mau), tapi kami cari yang aman aja lah. 

Tarif kapal disini flat, semuanya 100 rb/kapal untuk antar jemput. Mau pake kapal manapun ya segitu, mau banyakan atau seorang diri ya segitu gak bisa diganggu gugat. Kapal-kapal disini juga tertib dalam mengambil wisatawan. Maksudnya, sudah ada koordinator kapal yang akan mengatur kapal-kapal yang akan berangkat mengantar. Jadi istilahnya tidak saling berebut, karena disesuaikan dengan antriannya. Akan tetapi besoknya kita akan dijemput menggunakan kapal yang sama. 

Local guidenya pun begitu, semua sudah ada tarifnya sendiri. Local guide pulau sempu bertujuan sebagai penunjuk jalan ke laguna pulau sempu, karena jalur menuju lagunanya banyak yang bercabang, salah ambil jalur repot juga kan tersesat dipulau gak berpenghuni. Tarif local guide disini 100 ribu untuk sekali jalan, besok pulangnya kalo mau di jemput bayar lagi. Untungnya waktu pulang saya dan teman-teman bareng rombongan lain juga yang sama-sama dari Jakarta, lumayanlah uangnya bisa buat beli bakso. Lumayan kan ongkos kemari kalo sendirian, lebih baik rame-rame atau join sama rombongan lain yang akan nyebrang juga kesana.

Disini saya tidak akan bercerita tentang pulau sempu secara keseluruhan, karena memang sudah banyak review tentang pulau sempu itu sendiri. saya akan bercerita dari sisi lain, menurut sudut pandang saya dan kebetulan ada hubungannya dengan kampanye #savesempu itu sendiri. Namun saya tidak ingin mendebat kampanye #savesempu itu sendiri. Karena saya sendiri cinta damai (cari aman). Ini murni hanya sharing sesuai dengan pengalaman dan pengamatan saya selama disana aja.

Seperti yang sudah saya jelaskan diatas, ada sebuah sistem yang tertata dengan baik disini. Sistem yang dibuat supaya adil dan tidak menimbulkan kecemburuan sosial serta menghindari terjadinya monopoli harga. Mulai dari perijinan, local guide sebagai syarat wajib, dan juga antrian perahu yang menyebrangkan kita ke pulau sempu. Disisi lain, pemerintah setempat juga memang mendukung aktifitas pariwisata yang ada di tempat tersebut. 

Mungkin kalian harus tahu lebih dahulu beberapa fakta tentang nelayan di sendang biru, masyarakat yang bersentuhan langsung dengan kegiatan wisata di pulau sempu.

Pertama, tidak setiap hari nelayan bisa melaut.
Hal tersebut terjadi karena faktor cuaca yang terkadang tidak mendukung. Maklum ketika ombak dilautan tidak bersahabat, mereka memilih untuk menyandarkan kapalnya di dermaga daripada harus bertaruh nyawa di laut lepas melawan ganasnya ombak samudra hindia. Kita tahu lah, mayoritas nelayan kita masih menggunakan kapal-kapal yang bertonase kecil dan itu berpengaruh terhadap daya jelajah(cover area) mereka yang terbatas. Sehingga mereka tidak bisa berbuat banyak ketika alam berkehendak lain. 

Kedua, tangkapan ikan mereka bersifat musiman.
Nelayan di sendang biru menggantungkan pendapatan mereka dari penjualan ikan tuna. Garis pantai di Malang ini juga menjadi jalur migrasi ikan tuna. Dan harus kita ketahui, bahwa ikan tuna tidak setiap bulan ada. kalo nelayan bilang, “ada musimnya”. Nah kalo lagi gak musim? Yo wiss, seadanya aja diangkutinlah. Moso iya, kita mau melawan kehendak yang kuasa toh. Imbasnya penghasilan mereka otomatis menurun. Karena ikan tuna menjadi komoditas “primadona” di sendang biru dikarenakan harga jualnya yang tinggi. Tuna menjadi harapan besar bagi nelayan sendang biru terhadap perekonomiannya.

Itulah beberapa fakta yang harus kita ketahui tentang nelayan di sendang biru. Sampai sini udah bayangan? Itulah kenapa saya menjelaskan tentang fakta-fakta tentang nelayan diatas. Yap jika kita melihat fakta-fakta yang ada, wisata sendang biru khususnya pulau sempu bisa dijadikan alternatif bagi nelayan untuk mendapatkan penghasilan selain sebagai nelayan. Tidak hanya nelayan sebenarnya, tapi masyarakat sekitar pada umumnya. Ketika nelayan sedang tidak melaut, ketika ombak sedang tidak bersahabat, wana wisata sendang biru bisa menjadi alternatif untuk menggerakan roda ekonomi masyarakat.

Ini yang akhirnya menjadi dilematisme tersendiri. disatu sisi cagar alam pulau sempu tidak dkhususkan untuk pariwisata, namun disisi lain pariwisatanya bisa menghidupkan perekenomian masyarakat sekitar. berkaca pada pengalaman saya kemarin, kekhawatiran mereka yang peduli akan pulau sempu terkait sampah yang dihasilkan tidak separah itu. Sepanjang perjalanan ke laguna pulau sempu, jarang saya temui sampah-sampah menumpuk seperti yang biasa kita lihat pada umumnya. Di area lagunanya pun begitu, ada memang sampah tapi belum masuk tahap mengkhawatirkan, masih bisa dipungut kok sama kita-kita ini. Toh saya juga melihat ada petugas yang bertugas mengangkut sampah dari laguna ke sendang biru.

Kejadian itu saya lihat ketika kami akan pulang ke sendang biru. Dan di sepanjang perjalanan saya turut serta “mungutin” sampah yang saya lihat dijalan. Kebanyakan tisu-tisu yangt berserakan sepanjang jalur. Sampah plastik tidak banyak. Kalo saya lihat mereka(masyarakat sendang biru) sudah sadar akan potensi wisata di daerah mereka dan sadar betul tanggung jawab mereka terhadap kawasan cagar alam pulau sempu.

Untuk menyelesaikan masalah ini ada baiknya kita duduk bersama mencari win-win solution terbaik, tidak hanya melakukan aksi di sosial media namun harus juga ada aksi nyata. karena realitanya ada masyarakat yang menggantungkan harapan di pulau sempu. Terlalu naif jika kita bisa peduli dengan alam namun ikut mengabaikan kelangsungan hidup makhluk hidup yang lain. Saya pribadi setuju cagar alam harus dijaga, namun saya juga mendukung masyarakat yang ikut menggantungkan kehidupannya dari pulau sempu dalam hal ini pariwisatanya.

So,,, think again J

26 April 2016

Banyak Jalan Menuju Pulau Seribu . . .

Tau kan Jakarta itu punya pantai, tau kan di utara Jakarta itu banyak pulau? Ada yang gak tau? Ah berarti mainnya kau kurang jauhlah. Masak iya dimedia rame soal reklamasi masih saja belum tau, kalo ada tempat asyikk untuk bermain air di utara Jakarta. Disini saya tidak akan membahas soal reklamasinya, kita skip aja obrolan berat tersebut, kita bahas pembahasan yang lebih santai. Kita lompati itu area reklamasi yang masih jadi huru-hara di Jakarta, kita menuju ke utara Jakarta yaitu kepulauan seribu.

Pulau seribu, masih termasuk dalam wilayah kota Jakarta, khususnya Jakarta Utara dengan ibukotanya adalah pulau pramuka. Disana terdapat banyak sekali pulau-pulau, baik itu pulau yang berpenghuni dan tak berpenghuni. Tapi saya pribadi belum pernah memastikan apakah pulau disana benar adanya 1000 pulau.

Pulau seribu ini menjadi salah satu destinasi wisata pantai di Jakarta. Dan bila weekend tiba banyak wisatawan yang berkunjung kesana untuk melepaskan diri dari rutinitas di kota Jakarta. Bagaimanakah akses menuju kesana? Ini yang bakalan saya bahas selanjutnya.
Akses menuju kepulauan seribu ini ada  3 akses yaitu pelabuhan baru kali adem, pelabuhan Marina Ancol, dan juga pelabuhan Sunda Kelapa. Pelabuhan kali adem ini merupakan pelabuhan sebelumnya yaitu muara angke. Pelabuhan-pelabuhan diatas merupakan gerbang awal untuk masuk ke pulau seribu. Dari tiga pelabuhan tersebut berbeda-beda tingkat kenyamanannya dan juga tarifnya. Tinggal kalian pilih yang pas dan cocok bagi anda-anda semua J . Nah berikut saya coba jelaskan menurut pengalaman saya.    

Pelabuhan kali adem,
Area peron pelabuhan kali adem, lebih rapi dan nyaman

Pelabuhan ini merupakan pelabuhan baru yang disediakan oleh dishub DKI. Sebelumnya pelabuhan ini digunakan sebagai “pool” dari kapal transportasi pemerintah yang melayani rute pulau seribu dengan km. Kerapu dan lumba-lumbanya. Namun sekarang sudah dibuka untuk umum, jadi kapal-kapal kayu yang dulunya bersandar di muara angke dipindah ke sini, karena di muara angke sudah terlalu padat oleh kapal-kapal nelayan lokal yang juga ikut bersandar disana.

Pelabuhan ini lebih nyaman daripada sebelumnya, dan mulai dibangun sistem yang baik di dalamnya. Kalo di muara angke tidak ada sistem beli tiket, jadi langsung naik saja sampai penuh baru jalan.
Pelabuhan kali adem, bisa saya katakan sedikit lebih nyaman. Kenapa Cuma sedikit? Dari segi aksesnya masih tetap sama dengan sebelumnya, kita harus lewat pasar yang baunya brrrr. . . yang udah kesana pasti tau gimana baunya, belum lagi kalo hujan, air nggenang dimana-mana, dan kalo pas peak season tiba sudah bisa dipastikan macet parahh. Namun tidak dipungkiri ini lebih baik dari sebelumnya. Perlahan sistemnya mulai di perbaiki, mulai dari ticketing, peron, tempat menunggu, dan juga lahan parkir yang sudah bekerja sama dengan pihak swasta. Jangan harap parkirnya sama aja ya, disini berlaku tarif progresif. 1 jam pertama 2000 jam berikutnya 1000 rupiah, kalo diitung-itung parkirnya aja bisa nyampe 50 ribu untuk 2 hari 1 malem. itu motor lho ya, kalo mobil belum pernah coba.

Kapal yang tersedia disini melayani tujuan beberapa pulau di kepulauan seribu, diantaranya pulau Pari, pulau Pramuka, pulau Tidung, dan pulau Harapan serta pulau Payung. Tarifnya berbeda-beda, mulai dari 40 ribu – 55 ribu per orang untuk rute paling jauh yaitu pulau Harapan.  Tiket tersebut sudah termasuk asuransi dari M*C Life.

Pelabuhan Marina Ancol.
foto diambil dari www.kotakitaku.blogspot.com 

untuk menuju pelabuhan ini kalian harus memasuki kawasan wisata Ancol dulu. Karena letaknya didalam kawasan wisata Ancol. Disini tersedia banyak speedboat bagi wisatawan yang ingin berkunjung ke kepulauan seribu. Selain untuk antar jemput penumpang, kalian juga bisa charter speedboat sesuai dengan kebutuhan kalian. Dengan speedboat ini kalian tidak butuh waktu lama untuk menuju pulau seribu. 

Contohnya ke pulau Tidung dengan kapal kayu ditempuh selama 3 jam, tapi dengan speedboat hanya membutuhkan waktu kurang lebih 1 jam. Nah disinilah yang menjadi kelebihannya, selain cepat dan nyaman aksesnya juga tidak terlalu sulit. Tentunya hal tersebut harus dibayar mahal dengan harga tiket yang tersedia. Harga tiket disini berkisar 150 ribuan sampai 300 ribuan/orang sekali jalan ya. Speedboat ini tersedia mulai dari jam 7 pagi, dan akan kembali lagi sore hari jam 4 dari sana. Bagi yang mempunyai budget lebih, layaknya patut dicoba J

Pelabuhan Sunda Kelapa,
Foto diambil dari www.tempo.com

akses dari sini baru dibuka belum lama ini dengan menggunakan KM. Sabuk Nusantara dengan tarif 15 ribu untuk sekali jalan, jauh dekat tetap sama, udah kayak metro mini aja yak. Tapi saya pribadi belum pernah mencoba menggunakan kapal dari sini.  Setiap hari ada, melayani rute pulau untung Jawa, Pramuka, dan Harapan. berangkat jam 7 pagi, dan dari pulau seribu jam 7 malam. kapasitas kapal ini 145 orang jika dihitung dengan logistik, tapi jika tanpa logistik kapal ini mampu menampung 225 orang. Mungkin ini yang menjadi kekurangan akses dari sini. Kapal yang tersedia hanya 1 dan juga kapasitas penumpang yang terbatas. Itulah sebabnya masih belum banyak menulis review tentangnya.


Itu tadi beberapa pilihan yang bisa kalian jadikan acuan untuk bisa berkunjung ke kepulauan seribu. Bahwa sebenarnya Jakarta juga punya destinasi pantai yang menarik lohh, lumayan kan bisa ambil foto yang instagrammable tanpa harus pergi jauh. Oh ya lumayan juga loh buat yang mau prewedding disini. So, mari siapkan perlengkapan kalian, packing, dan let’s travel J

25 April 2016

OPEN TRIP PULAU PAHAWANG LAMPUNG

Get's Selfie with Nemo at Pahawang, Lampung.

Kapan?

tanggal : 13-15 Mei 2016
meeting point : pelabuhan merak, jumat malam.
Budget 440 ribu/orang.
sudah termasuk,
1. kapal penyeberangan Merak-Bakauheni PP
2. Transportasi Bakauheni-Ketapang PP
3. Homestay
4. Kapal Snorkling n Hoping Island
5. Makan 3x
6. Air Mineral selama trip
7. Underwater Fotography

itenerary,
Hari Pertama,
22.00 - 24.00 : meeting point pelabuhan Merak
24.00 - 03.00 : Perjalanan menuju pelabuhan Bakauheni.
03.00 - 05.00 : istirahat dulu di bakauheni sambil menunggu sholat subuh.
05.00 - 07.00 : perjalanan menuju dermaga ketapang.
07.00 - 08.00 : sarapan dan prepare untuk snorkling.
08.00 - 10.00 : snorkling time pulau kelagian.
10.00 - 12.00 : lanjut snorkling di spot kapal karam.
12.00 - 13.00 : makan siang dan istirahat sejenak di tanjung putus.
13.00 - 14.00 : snorkling lagi di sekitar tanjung putus.
14.00 - 15.00 : menuju pulau pahawang.
15.00 - 16.00 : snorkling lagi di taman laut pulau pahawang.
16.00 - 17.00 : photo session di gusung pemisah antara pahawang besar dan pahawang kecil.
17.00 18.00 : balik ke homestay.
18.00 - 20.00 : mandi dan bersih - bersih.
20.00 - 21.00 : makan malam dan BBQ an.

Hari Kedua,
05.00 - 07.00 : bangun pagi, sarapan, coffee n tea time sambil menikmati suasana pulau pahawang.
07.00 - 08.00 : eksplore pulau pahawang.
08.00 - 09.00 : persiapan check out,
09.00 - 10.00 : eksplore pulau kelagian.
10.00 - 11.00 : kembali ke dermaga ketapang.
11.00 - 12.00 : perjalanan menuju Bakauheni, mampir makan siang Bakso Sony (Exclude) dan sholat.
13.00 - 14.00 : mampir beli oleh-oleh khas Lampung, keripik pisang, kopi Lampung dan lain-lain.
14.00 - 15.00 : Menuju pelabuhan Bakauheni.
15.00 - 18.00 : menuju pelabuhan Merak.
18.00 s/d selesai : disini kita bertemu, disini pula kita berpisah. see you next trip guys

perlengkapan yang musti dibawa,
1. daypack/tas apapun yang bisa menampung perlengkapan masing-masing.
2. baju ganti dan peralatan mandi, serta perlengkapan ibadah bagi yang muslim.
3. sunblock dan kaca mata hitam, biar gak panas-panas banget.
4. Kamera buat bernarsis-narsis ria.
5. Snorkle set (Masker, Finn, Snorkle).

noted : yang tidak punya bisa sewa 40 ribu/hari. 

for more Info : JOKO 085713342659(WA/Text/Call).
Prepare your daypack, let's Travel

19 April 2016

Traveller atau Backpacker!!!

foto diambil dari www.backpackerhuman.blogspot.com 
Termasuk yang manakah anda? Traveller, backpacker, atau flashpacker? Tentu istilah ini sudah tidak asing lagi bagi mereka yang hobi jalan-jalan atau bahasa kerennya adalah traveling. 

Hal ini menarik untuk dibahas, kenapa? Terkadang tanpa kita sadari, kita telah melabeli diri kita dengan istilah tersebut. Tidak masalah memang, namun yang jadi masalah adalah perbedaan yang timbul akibat pelabelan diri tersebut dan tidak sedikit memicu konflik akibat perbedaan itu.

Mungkin yang kita tahu, backpacker itu identik dengan pejalan mandiri dengan budget terbatas, bahkan sempat di plesetkan menjadi backpacker kere sebagai identitas mereka yang melakukan perjalanan dengan menekan budget. Lalu traveller yang identik dengan koper sebagai bawaannya, istilah ini dilekatkan kepada mereka yang melakukan perjalanan dengan budget yang besar dan terkesan mewah.

Pertanyaannya sekarang apakah iya antara backpacker dan traveller itu berbeda? Terkadang sering sekali saya mendengar sentilan – sentilan yang terdapat 2 istilah tersebut dalam obrolannya.
ahh dia mah anak traveller bukan backpacker”, ada lagi “ini baru namanya anak-anak backpacker yang mudah bergaul dan gampang bersosialisasi, enak ya jalan sama anak-anak backpacker” dan masih banyak lagi obrolan-obrolan yang menyudutkan salah satu pihak karena cara mereka berbeda.
Sebenarnya apa sih itu backpacker ? apa sih itu traveller? Kenapa stereotype-stereotype diatas lekat sekali di pikiran kita. Mari kita bahas hal ini dari definisinya masing-masing, disini saya menggunakan cambridge dictionaries online sebagai penerjemah. Menurut pengertiannya,

“Traveller is someone who ​travels:This ​hotel is for ​serious travellers, ​rather than ​tourists on two-week ​holidays.
Backpacker is a ​person who ​travels with a ​backpack.”

Jadi bisa dijelaskan disini, traveller adalah seseorang yang melakukan perjalanan sedangkan backpacker adalah seseorang yang melakukan perjalanan dengan menggunakan backpack. Pada intinya traveller dan backpacker itu sama yaitu mereka yang sedang melakukan perjalanan. dan dalam pengertian traveller diatas tidak ada indikasi bahwa traveller itu harus selalu identik dengan koper atau sesuatu yang mewah. Akan tetapi sebaliknya, backpacker dalam pengertian diatas adalah seseorang yang identik dengan backpack (perlu digarisbawahi). Diambil dari kata backpack atau tas punggung, sedangkan orangnya disebut dengan backpacker.

Dari definisi tersebut, jelas ini hanya masalah istilah dan caranya saja kok. Dan semuanya itu pilihan, perihal mereka ingin menggunakan pesawat atau kereta, mereka ingin tidur di hotel atau di tenda, mereka ingin menggunakan mobil atau motor, menggunakan travel agen atau tidak, suka belanja atau tidak dan yang lainnya. Semua itu sah-sah saja dilakukan, tentunya dengan banyak pertimbangan mulai dari budget serta aspek keamanan dan kenyamanan itu sendiri. Tidak dengan menjudge, “ahh dia tidur di hotel, bukan backpacker”, “dia naik pesawat bisnis bukan ekonomi, bukan backpacker”, tidak bisa seperti itu. Ada kalanya kita harus tidur di hotel bukan, untuk memperoleh kenyamanan yang hanya kita sendiri yang tau, lalu kalo memang tiket bisnis lebih murah daripada ekonomi masak iya kita tetep milih ekonomi? Kalo saya sih milih yang pasti-pasti aja. J


So, balik lagi ke pilihan kita masing-masing. Traveller dan backpacker itu sama saja, sama-sama melakukan sebuah perjalanan. Hanya saja caranya yang berbeda. Tinggal kalian sesuaikan saja dengan kebutuhan kalian masing-masing, Traveller atau Backpacker J

Salam Olahraga

17 April 2016

Apatisme di sekitar kita!!! *edisi trip ke pulau seribu

suasana dalam kapal dari harapan -kali adem

Okey, apa yang kalian pikirkan ketika melihat gambar diatas. Sekilas mungkin akan terlihat tidak ada yang istimewa dari gambar tersebut. Gambar ini saya ambil di dalam perahu kayu dari pulau harapan menuju dermaga kali adem. Bagi sebagian yang sudah sering ke pulau seribu, pemandangan seperti ini akan biasa. Tapi kalo kita mau kaji lebih jauh, hmm miris rasanya.

Apatisme yang terjadi di sekitar kita, kurangnya rasa kepedulian dan berbagi. Itulah yang setidaknya saya rasakan dalam perjalanan pulang dari pulau harapan ke kali adem siang itu. Kalo kita amati foto tersebut, ada kursi kosong yang tersedia disana. Namun tetap saja masih ada yang lesehan dibawah. Eitsss, jangan kira ini sebuah settingan yang di dramatisir sedemikian rupa. Ini real terjadi, dan itu saya alami sendiri, dalam foto tersebut teman saya yang duduk lesehan dibawah. Ini merupakan sebagian kecil bentuk apatisme yang terjadi di sekitar kita. Dan saya harap cukup ini saja dan mungkin saya saja yang merasakan.

Kalau kita mau flashback lagi ke belakang, masih ingat dengan kasus “Dinda” yang mencurahkan keluh kesahnya di jejaring sosial path karena tidak memberikan kursinya kepada ibu hamil di KRL. Beritanya pun heboh di sosial media, menjadi trending topic, bahkan diliput oleh media nasional. Hmm, itu merupakan salah satu segelintir contoh sikap apatisme yang sudah menjangkiti masyarakat urban khususnya di Jakarta. Saya tidak mau membahas kasus ini secara mendalam. Hanya saja dari kasus ini saya pribadi bisa menilai rasa peduli dan berbagi serta bertoleransi dikalangan kaum muda mulai terkikis terlepas dari kekurangan dan kelebihan dari apa yang dilakukan “Dinda”. Miris  !!!

Siang itu begitu terik, matahari berada tepat diatas kepala kita semua saat itu. Waktu tempuh sekitar kurang lebih 4 jam untuk menuju pelabuhan kali adem Jakarta dari pulau harapan. 4 jam bukan waktu yang sebentar untuk berada didalam kapal kayu yang terasa sekali goncangannya ketika kapal melintasi ombak. Ada kalanya cuaca bersahabat, namun ada kalanya cuaca tidak bersahabat. Bahkan waktu tempuh bisa sampai 5 jam jika cuaca di jalan sedang tidak bersahabat. Bisa dibayangkan bagaimana rasanya di dalam kapal tersebut J.

Dikarenakan saya saat itu dengan beberapa teman, diantaranya adalah perempuan, maka saya inisiatif untuk mencari tempat duduk kosong di dalam. ketika saya masuk, masih ada beberapa tempat duduk yang kosong didalam, prosentasenya 15 % lah dari total tempat duduk yang ada. tapi apa daya, tempat duduk yang kosong tersebut ternyata sudah di “pesan”. Yap, saya menulisnya demikian. Setiap saya tanya, “mas kosong ya??”, jawabannya pun klasik “ada orangnya mas, lagi ke belakang”. Paling kalo tidak ya ditandai dengan menaruh tas/bawaan mereka dengan dalih kursi tersebut bertuan. Ahh sudahlah terima saja pikir saya dalam hati.

Pertama memang saya pribadi masih berpikir positif akan keadaan tersebut. Terlebih saya menganut budaya “gak enakan”, yahh budaya timur yang kental sekali pada diri saya. Okey saya terima, saya pun cari tempat duduk diluar dengan segala resiko yang ada. ya anggap saja resiko, resiko naik perahu terlambat, resiko ngeyel “udah tau main ke pulau high season pasti rame”, yo wis dinikmati aja.

Hingga akhirnya ada petugas dari dishub yang menertibkan penumpang yang diluar demi keamanan dan kenyamanan bersama. Ketika itu petugas masuk untuk cek sendiri keadaan didalam, petugas bilang “didalem masih ada yang kosong, masuk-masuk”. oke kita masuk lah terutama yang perempuan-perempuan itu. Tapi nihil, lagi-lagi jawaban yang sama kami dapatkan. Kita keluar lagi donk karena gak dapet tempat didalem. Tak berapa lama petugas datang lagi sambil terheran-heran “kenapa masih banyak yang diluar” mungkin kata dia dalam hati. Saya sudah mulai gontok disini “gak ada pak, kalo mau itu yang kosong-kosong ditanyain pak”. lalu kita masuk dengan petugas dishub tadi, barulah setelah petugas tadi menertibkan tempat duduknya alhamdulillah teman-teman saya ini khususnya yang perempuan dapat tempat duduk. Dan saya sendiri ditunjukkan kursi kosong dibelakang, “dibelakang mas itu kosong”, sambil petugas tersebut menunjuk kursi.

Sesampainya disana, tetep aja jawabannya sama “udah ada orangnya mas” kalo gak “orangnya lagi ke toilet”. Daripada bolak-balik ya udah saya dan teman akhirnya lesehan aja dibawah sambil bersyukur masih ada tempat untuk duduk di dalem meskipun lesehan. Tak berselang lama kapal mulai meninggalkan dermaga pulau harapan menuju dermaga kali adem. Namun dalam perjalanan, ada sesuatu yang mengganjal dalam pikiran saya. Ada pertanyaan besar? Sepengamatan saya selama perjalanan kursi-kursi pesanan tadi kenapa masih kosong? Masak iya ke toilet ngantri lama banget, apa jangan-jangan ketinggalan kapal. Tapi ya sudahlah pertanyaan itu berlalu begitu saja dihempas oleh angin laut dan goncangan akibat ombak dilautan *tsaahhh, meloo dikit*, toh kita berdua sudah terlalu nyaman duduk lesehan. Dan tak habis pikir dengan kejadian yang saya alami. Begitu tidak pedulinya mereka, begitu acuhnya mereka, demi kepentingan mereka pribadi dalam hal ini demi mendapatkan tempat duduk yang lebih lega biar pules boci (bobo ciang)nya bersama sang ayang tercinta.

padahal masih ada beberapa bangku kosong,karena faktor "gak enak " tadi.
Tentu dengan menuliskan kejadian ini, saya tidak bermaksud untuk menjadi hakim bagi mereka. Tulisan ini pure untuk sharing pengalama, tidak lebih. Sharing is caring bukan. Perihal tanggapan pembaca bagaimana itu pilihan mereka, biarkan mereka yang menilai. Dari sini saya juga belajar, bahwasannya traveling itu tidak hanya senang-senang, selfie/wefie semata, tempat – tempat yang indah. Lebih dari itu, traveling juga harusnya bisa menjadi sarana introspeksi diri dan mengenali jati diri kita lebih dalam.


so, prepare your daypack, let’s travel . . .